Tuesday, April 19, 2011

ku seret bayangmu

ku padam lampu
ku ucap doa
ku susun pembaringan
ku pejam mata

Ah,
belum berhasil juga menutup hari
meski telah lelah hati ini

akirnya,
kuseret bayangmu seperti hari-hari sebelumnya
kuletakkan di sampingku
dan kupeluk erat

nyaman yang menyelimutikku perlahan

aku menoleh pada bayangmu,
menatap lekat
dan kuucap
'selamat tidur, kenangan..'


Yogyakarta, 17 November 2010

overdosis dosa

hati menjerit
terjepit

tergurat lelah
putus
terkoyak
kemudian terhempas

berjuta rasa yang tak kunjung reda
serupa badai menerjang asa
Tuhan, kusimpuhkan diri di bawah batas jiwa
kembali mendengar tutur nurani di selongsong rasa

titik nol pergi menanti
untuk kembali ke alam suci
pastikan ku lolos dari baris kiri
lepaskan semua niat duniawi

angkat dan bersihkan diri
bila hanya sejauh doa Kau ku cari
maka padaMu aku kembali
ijinkanku meretas hati menapak hari;
lagi !


Yogyakarta, 13 Desember 2010

aku pastikan




tak butuh waktu lama
untuk memahami bahasa tubuhmu
mengisyaratkan kau perlahan menjauh
mencipta jarak berbilur tanya

katakan,
apa yang bisa kulakukan untuk mencegahmu pergi

di sudut purnama aku membilang bintang
tak terasa kini sudah genap sepekan
haruskah aku melesat menembus awan
mencari jejak yang kau tinggalkan?

sepi kini merajam
tahukah kau?
inginku mendobrak pagar pembatas
agar aku bisa sedikit saja mencium aroma menthol yang kau sebarkan

namun tak tampak jua semua berkawan
dan dengan sedikit sisa rasamu di ujung bibirku
aku pastikan
kau kan ku temukan


Yogyakarta - 18 April 2011


Wednesday, April 13, 2011

tak mampu ku beri judul

sejenak siluetmu terlintas selujur indera; teringat!
menyita waktu mengulas setiap kata
yang kau pilin perlahan menjadi bius
kemudian kau selip di setiap hembus nafasku

ku kagumimu dari ujung rambut sampai ujung kaki
senyummu selaik sudah terpatri di kedipan mataku
tajam matamu, mancung hidungmu, tipis bibirmu, sudut rahangmu, 
desah nafasmu, bahkan batuk mu pun kuingat jelas

seperti ku tahu rasa ini apa
hanya saja tak bisa kuungkap lewat aksara
selaksa hipnotis kau bermain
mengocok rasa hingga tak bernama

kau buat aku melayang
hingga tak tersadar kau tuntun aku ke tempat yang paling menyakitkan
lalu kau biarkan bintang-bintang bermain 
di atas rasa yang ku punya


ingin percaya kau ada
namun seperti asap rokok yang kau hembus dari bibirmu, 
tebal; lalu perlahan menipis dan semakin meniada
sungguh kau hadiahiku suatu ketiadaan yang nikmat!