wanita itu duduk terpekur hanya berbalut handuk ungu. Rambut coklatnya
yang lebat masih terurai basah. wangi sabun masih tercium di penjuru
kamarnya. Entah apa yang mencegahnya untuk segera berpakaian menyambut
orangtuanya yang sedang dalam perjalanan menengok putri satusatunya.
bola matanya bergerak naikturun berulangkali membaca pesan yang baru
saja masuk di ponselnya. Tanpa disadari, ada butirbutir yang bergulir
dari kedua mata hazzlenya. Cutter di tangan kirinya telah mengiris
nadinya perlahan. Airmatanya pun menetes seirama dengan cairan merah
dari pergelangan tangannya. Dinding kamar putih polos menjadi saksi bisu
kepergian dua anak manusia yang terhianati cinta matinya sendiri pada
seorang lelaki beristri.
July 10, 2011 at 12:53pm
No comments:
Post a Comment