Tuesday, March 27, 2012

ironi di siang bolong

wanita itu duduk terpekur hanya berbalut handuk ungu. Rambut coklatnya yang lebat masih terurai basah. wangi sabun masih tercium di penjuru kamarnya. Entah apa yang mencegahnya untuk segera berpakaian menyambut orangtuanya yang sedang dalam perjalanan menengok putri satusatunya. bola matanya bergerak naikturun berulangkali membaca pesan yang baru saja masuk di ponselnya. Tanpa disadari, ada butirbutir yang bergulir dari kedua mata hazzlenya. Cutter di tangan kirinya telah mengiris nadinya perlahan. Airmatanya pun menetes seirama dengan cairan merah dari pergelangan tangannya. Dinding kamar putih polos menjadi saksi bisu kepergian dua anak manusia yang terhianati cinta matinya sendiri pada seorang lelaki beristri. 

July 10, 2011 at 12:53pm

 

No comments:

Post a Comment